Menggali Tradisi
Perahu pustaka adalah upaya menyebarkan bacaan dan tontonan yang bermutu dengan menggunakan perahu ke kalangan masyarakat maritim, khususnya anak-anak.
Pada awalnya, Perahupustaka dibayangkan dengan sangat bersahaja. Sebuah lepa-lepa kecil tua yang dirombak seadanya lalu diberi muatan dengan kotak kedap air berisi buku, dianggap sudah cukup. Kemudian disadari bahwa lepa-lepa semacam ini tak memadai untuk menyebarkan bacaan ke wilayah yang agak jauh di perairan asin. Setelah mengaji berbagai kemungkinan, ditambah dengan diperolehnya gambaran yang cukup terang tentang biaya pembuatan perahu tradisional, diputuskan untuk membuat perahu baru yang dirancang agak khusus. Kamaruddin Azis dan terutama Muhammad Ridwan Alimuddin memegang peran sangat penting dalam penjajagan, pemilihan dan pembangunan perahu khusus ini. Model dasarnya adalah perahu tradisional yang dulu sering berlayar di perairan Sulawesi Barat, Selatan dan Tenggara, namun yang kini sudah nyaris punah dan lebih mudah ditemukan di buku ketimbang di pelabuhan. Model tersebut adalah perahu baqgo berlambung lebar yang di abad silam biasa digunakan untuk berburu ikan terbang (Parexocoetus brachypterus, dkk), dan dikenang dengan nama pattorani. Baqgo model ini, yang konstruksinya lebih besar, tercatat kerap dilayarkan mengangkut kopra hingga ke Singapura. Model perahu tradisional yang nyaris punah inilah, yang kini dihidupkan kembali, dan dengan sejumlah penyesuaian, akan menjadi Perahupustaka.